KONTAN.CO.ID - Meski konsumsi buah sangat disarankan untuk kesehatan, namun permintaan buah-buahan masih kurang stabil. Adakalanya, saat momen-momen tertentu, penjualan buah lesu.
Suyanto, petani buah di Banyuwangi mengatakan, dalam setahun pasti ada saatnya daya beli konsumen turun. Bahkan, kondisi tersebut berlangsung selama selama dua sampai tiga bulan. Tapi, pada 2017, permintaan konsumen sudah turun sejak awal tahun. "Sejak sebelum puasa sampai sekarang sepi, mungkin karena bersamaan dengan tahun ajaran baru," katanya.
Kondisi ini berimbas pada macetnya perputaran uang dari tengkulak ke petani. Alhasil, petani pun harus pintar-pintar mengatur duitnya. Tak hanya soal penjualan yang lesu, Suyanto juga pusing saat melihat hasil panen tak maksimal dan harga jual merosot.
Asal tahu saja, Suyanto mulai menggeluti profesi sebagai tengkulak sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), bersama orang tuanya. Setelah merasa mampu, dia pun berdiri sendiri dengan mengandalkan jaringan teman-temannya yang ada di pasaran.
Laki-laki berkulit sawo matang ini tergolong berani mengambil risiko. Pasalnya, dia hanya menerapkan sistem kepercayaan dengan penjual buah di luar kota. Semua transaksi hanya via pesan singkat dan telepon, tanpa pernah bertemu.
Pernah juga dia kena tipu. Paling parah pada 2010 lalu, seorang pelanggan melarikan duitnya sebesar Rp 540 juta. Padahal, dia masih harus berhadapan dengan para petani yang menagih uang penjualan hasil panen.
Selain petani, warga Desa Pesanggaran di Banyuwangi juga banyak yang menjadi tengkulak. Namun, para tengkulak ini tak saling bersaing karena setiap petani sudah punya tengkulak masing-masing.
Suyanto pun bilang, para tengkulak mematok harga yang sama, baik ke petani maupun saat dijual ke pasar. Alhasil, mereka tidak saling serobot pelanggan pasar.
Dia pun berharap, kondisi pasar bisa segera bergairah agar penjualan dan aliran dana dari penjual pasar, pengepul, dan petani berjalan lancar. Selain itu, dia ingin banyak petani memakai lampu untuk kebunnya.
Berbeda dengan Gatul yang berharap kemudahan mendapatkan pupuk. Karena, sampai sekarang cukup sulit untuk mendapatkan pupuk di wilayahnya. Kalau pun ada, penjualnya pun dimonopoli oleh satu pihak. Hal ini dianggap menyulitkan karena dapat menganggu jadwal pemupukan tanaman.
Untuk kebunnya, dia juga bakal memperbaiki sistem penerangan untuk lahan buah naganya. Karena, hasil panen masih jauh dari yang diharapkan.
Rencananya, dia bakal menambah daya listrik dikebun miliknya, agar hasil buahnya pun dapat besar maksimal. Sebelumnya, dia sudah menggelontorkan dana sekitar Rp 20 juta untuk instalasi listrik.
(Selesai)
Baca Kelanjutan Dari Dari jeruk, petani beralih ke buah naga (3) - Kontan : http://ift.tt/2yh44FQ
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dari jeruk, petani beralih ke buah naga (3) - Kontan"
Post a Comment