Justru, Kepala BPS Suhariyanto mencatat, dua kota besar yang masuk dalam survei Indeks Harga Konsumen (IHK) BPS, yaitu Denpasar dan Singaraja mengalami penurunan harga atau deflasi, masing-masing sebesar minus 0,33 persen dan minus 0,78 persen.
"Untuk Bali tidak (terpengaruh), karena kami lacak di Denpasar dan Singaraja, itu justru deflasi. Ini bukan karena bencana itu, mudah-mudahan tidak. Tapi kita belum lihat," ujar pria yang akrab disapa Ketjuk, di kantor BPS, Senin (2/10).
Direktur Statistik Harga BPS Yunita Rusanti menambahkan, artinya, ketersediaan pasokan bahan makanan di Denpasar yang terletak di selatan Bali dan Singaraja yang ada di utara, masih mampu menutup kebutuhan masyarakat Pulau Dewata, termasuk di daerah pengungsian Gunung Agung.
"Artinya, pasokan bahan makanan di sana masih cukup untuk dipasok ke sekitaran Gunung Agung," kata Yunita pada kesempatan yang sama.
Menurutnya, pergerakan harga konsumen di Bali juga masih normal seperti beberapa kota lain di Indonesia, yaitu mengalami deflasi dari bahan makanan dan inflasi dari biaya pendidikan.
"Sebenarnya hampir sama dengan nasional, seperti bahan makanan; beras, sayuran, buah-buahan (deflasi). Lalu, uang pendidikan dan kesehatan (inflasi)," terangnya.
Kendati begitu, Yunita menyatakan, BPS terus memantau pergerakan harga konsumen di Bali dalam beberapa waktu ke depan. Sebab, dikhawatirkan bisa terjadi kenaikan harga di Oktober ini.
Pasalnya, sejumlah pasokan tentu menyusut, sedangkan di saat yang bersamaan, akses logistik ke Bali sedikit tersendat karena bencana Gunung Agung ini.
"Tapi tidak tahu ya kalau untuk bulan depan. Soalnya logisitik terhambat tapi nanti ya kita lihat di bulan depan, mudah-mudahan tidak terlalu terganggu," pungkasnya.
Sejak 15 September lalu, Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Gede Suantika, mengatakan muncul aktivitas kegempaan di Gunung Agung.
Tercatat, Gunung Agung mengalami gempa sebanyak 27 kali pada Jumat (15/9). Lalu, meningkat pada Sabtu (16/9) sebanyak 73 kali dan pada Minggu (17/9) sebanyak 50 kali.
Kemudian, pada Senin (18/9), PVMBG langsung meningkatkan status Gunung Agung menjadi siaga atau level III. Sehingga, diperlukan penghentian aktivitas masyarakat dan turis (sterilisasi) mulai radius 7,5 kilometer dari puncak Gunung Agung. Saat ini, aktivitas kegempaan masih terus terjadi di gunung tersebut. (gir)
Baca Kelanjutan Dari Erupsi Gunung Agung Tak Kerek Inflasi di Bali - CNN Indonesia : http://ift.tt/2fD1Kxl
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Erupsi Gunung Agung Tak Kerek Inflasi di Bali - CNN Indonesia"
Post a Comment