Kepala BPS Suhariyanto atau yang akrab disapa Ketjuk mengatakan, kenaikan NTP dipicu oleh terjadinya penurunan indeks harga (deflasi) di pedesaan.
"Deflasi pedesaan di Indonesia sebesar 0,27 persen, disebabkan turunnya indeks harga kelompok bahan makanan," ujar Ketjuk di kantor BPS, Senin (2/10).
Lebih lanjut, indeks harga yang diterima petani (lt) meningkat 0,49 persen, sedangkan indeks harga yang dibayarkan petani (lb) menurun 0,12 persen.
"Penurunan lb disebabkan terjadinya penurunan di semua subsektor pertanian," katanya.
Ketjuk merinci, kenaikan NTP terjadi di beberapa sektor, seperti sektor tanaman pangan yang naik 1,6 persen menjadi 99,86. Lalu, sektor tanaman perkebunan rakyat naik 1,18 persen menjadi 99,77.
"Lt sektor tanaman pangan disebabkan kenaikan harga padi 1,91 persen dan palawija naik 0,17 persen. Sedangkan lt sektor perkebunan rakyat karena kenaikan harga komoditas karet dan tembakau," jelasnya.
Kemudian, sektor perikanan naik 0,18 persen menjadi 104,64. Dari situ, sektor perikanan tangkap naik 0,14 persen menjadi 111,68, dan sektor perikanan budidaya naik 0,21 persen menjadi 99,62.
"Untuk perikanan, terutama karena kenaikan harga komoditas ikan kembung dan rajungan rataa-rata 0,05 persen serta ikan nilem dan ikan bandeng rata-rata 0,13 persen," katanya.
Kendati terjadi secara nasional, Ketjuk mengaku, NTP dalam beberapa sektor menurun. Misalnya, sektor hortiktura turun 0,37 persen menjadi 101,97 dan sektor peternakan turun 0,4 persen menjadi 108,03.
"Ini karena turunnya harga sayur-sayuran, buah-buahan, dan tanaman obat. Sedangkan sektor peternakan karena penurunan harga ternak besar 0,56 persen, ternak kecil 0,44 persen, dan unggas 0,24 persen," imbuhnya.
Sementara, secara persebaran, tercatat peningkatan NTP terjadi di 24 provinsi, dengan kenaikan tertinggi di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) sebesar 2,16 persen.
"Kenaikan NTP di Sumsel disebabkan pada subsektor tanaman perkebunan rakyat, khususnya komoditas karet yang naik 5,54 persen," terangnya.
Sedangkan, sembilan provinsi lainnya mengalami penurunan, dengan penurunan terbesar terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Papua Barat.
"Khususnya untuk Papua Barat disebabkan pada subsektor tanaman pangan, khususnya pada komoditas gabah yang turun 1,9 persen," pungkasnya.
Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) ikut naik 0,27 persen pada September lalu. NTUP meningkat pada sektor tanaman pangan 1,18 persen dan sektor tanaman perkebunan rakyat 0,82 persen.
Sementara, beberapa sektor yang menurun, yaitu sektor hortikultura minus 0,63 persen, dan sektor peternakan minus 0,66 persen.
Begitu pula dengan sektor perikanan minus 0,04 persen, sektor perikanan tangkap minus 0,04 persen, dan sektor perikanan budidaya minus 0,04 persen. (gir)
Baca Kelanjutan Dari BPS Sebut Deflasi di Pedesaan Katrol Nilai Tukar Petani - CNN Indonesia : http://ift.tt/2xRNzi8
Bagikan Berita Ini
0 Response to "BPS Sebut Deflasi di Pedesaan Katrol Nilai Tukar Petani - CNN Indonesia"
Post a Comment